Senin, 21 Maret 2011

::: Gerimis Di Malam Itu :::

mungkin saja malam ini mendung.. awan menyelimuti gugusan langit di malam ini. entah apa yang ada di benak si gadis itu. perasaannya kian tak menentu. antara bahagia dan sedih. sesekali ia tertawa bersama wanitanya dan lelaki itu. tawa yang selalu ia hadirkan jika mereka ada disampingnya. namun... sesekali ia menghela nafas panjang. seakan ada segumpal kegundahan yang ia rasakan. ya.. beberapa minggu yang lalu ia di vonis dokter mengidap penyakit leukimia. yang artinya.. hidupnya hanya bertahan beberapa waktu lagi. entah itu esok lusa atau... saat ini. yang ada di fikirannya saat ini adalah bagaimana ia menghabiskan sisa waktunya itu sebaik mungkin. dengan berbagai cara agar ia bisa tertawa bersama orang yang di di kasihinnya itu." wanitaku " ya.. itu adalah panggilan yang biasa ia tujukan  si gadis kepada ibunya.

::: MENAHAN LAPAR SEMALAMAN KERANA MENGHORMATI TETAMU :::

Seorang telah datang menemui Rasulullah s.a.w.  dan telah menceritakan kepada Baginda s.a.w. tentang kelaparan yang dialami olehnya. Kebetulan pada ketika itu Baginda s.a.w. tidak mempunyai suatu apa makanan pun pada diri Baginda s.a.w. mahupun di rumahnya sendiri untuk diberikan kepada orang itu. Baginda s.a.w. kemudian bertanya kepada para sahabat,"Adakah sesiapa di antara kamu yang sanggup melayani orang ini sebagai tetamunya pada malam ini bagi pihak aku?" Seorang dari kaum Ansar telah menyahut, "Wahai Rasulullah s.a.w. , saya sanggiup melakukan seperti kehendak tuan itu."

Orang Ansar itu pun telah membawa orang tadi ke rumahnya dan menerangkan pula kepada isterinya seraya berkata, "Lihatlah bahawa orang ini ialah tetamu Rasulullah s.a.w. Kita mesti melayaninya dengan sebaik-baik layanan mengikut segala kesanggupan yang ada pada diri kita dan semasa melakukan demikian janganlah kita tinggalkan sesuatu makanan pun yang ada di rumah kita." Lalu isterinya menjawab, "Demi Allah! Sebenarnya daku tidak ada menyimpan sebarang makanan pun, yang ada cuma sedikit, itu hanya mencukupi untuk makanan anak-anak kita di rumah ini ?"

Orang Ansar itu pun berkata, "Kalau begitu engkau tidurkanlah mereka dahulu (anak-anaknya) tanpa memberi makanan kepada mereka. Apabila saya duduk berbual-bual dengan tetamu ini di samping jamuan makan yang sedikit ini, dan apabila kami mulai makan engkau padamlah lampu itu, sambil berpura-pura hendak membetulkannya kembali supaya tetamu itu tidakk akan ketahui bahawa saya tidak makan bersama-samanya." Rancangan itu telah berjalan dengan lancarnya dan seluruh keluarga tersebut termasuk kanak-kanak itu sendiri terpaksa menahan lapar semata-mata untuk membolehkan tetamu itu makan sehingga berasa kenyang. Berikutan dengan peristiwa itu, Allah s.w.t. telah berfirman yang bermaksud, "Dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka berada dalam kesusahan." (Al-Hasy : 9)

::: Tanda-tanda Anda Diperbudak Pekerjaan :::

Saat ini makin banyak karyawan yang mengalami 'sindroma kehilangan liburan'. Gangguan ini membuat pekerja tetap bekerja meskipun sedang berlibur dan tanpa dibayar.

Kondisi tersebut kemungkinan disebabkan kemajuan teknologi. Adanya ponsel pintar dan laptop memungkinkan seorang pekerja bisa dihubungi kapan saja oleh atasannya untuk bekerja, dan mereka tidak menyampaikan keberatan dengan hal itu.

Menurut situs Expedia.com, dari survei yang mereka lakukan para pekerja bahkan merasa bersalah saat mengambil cuti tahunan yang merupakan haknya. Keadaan inilah yang bisa disebut sebagai tanda, Anda sedang diperbudak pekerjaan.

Padahal, situasi tersebut berdampak buruk pada kesehatan, hubungan keluarga dan kehidupan sosial. Bahkan pada beberapa kasus kebiasaan tersebut malah tidak baik bagi perkembangan perusahaan itu sendiri. Kondisi ini menurut Nick Deligiannis, kepala perusahaan perekrutan karyawan, Hays, dipengaruhi oleh situasi ekonomi yang menurun.

"Kondisi ekonomi saat ini, membuat perusahaan sangat ketat dalam menerima karyawan. Pekerja jadi memiliki beban pekerjaan yang sangat tinggi, mereka pun sering pulang larut malam, bekerja pada akhir pekan atau selama liburan," kata Nick Deligiannis, seperti dikutip dari thebigchair.com.au.

Penelitian di Amerika Serikat menemukan, pekerja wanita juga mengalami 'sindroma kehilangan liburan'. Deligiannis mengatakan, ada batas yang kabur antara pekerjaan dan kehidupan pribadi, terutama disebabkan keyakinan setiap pekerja sangat penting untuk mengambil tanggung jawab lebih.

Hal ini mungkin berasal dari sebuah persepsi tidak akurat mengenai peran atau deskripsi pekerjaan yang mereka miliki. Atau, hal yang lebih sederhana, yaitu ketidakmampuan atau ketidakpercayaan atasan untuk mendelegasikan pekerjaannya pada bawahan.

Bagi sebagian karyawan, apa yang menjadi penting adalah tidak hanya bagaimana mereka terlihat oleh orang lain, tetapi juga bagaimana mereka melihat diri sendiri. Dalam kasus lain, mengaburkan garis berasal dari minat yang tulus dalam pekerjaan.

"Jangan biarkan diri Anda diperbudak PDA atau laptop. Batasi diri untuk memeriksa email atau pesan yang masuk saat sarapan, makan siang dan mkan malam. Cara ini membuat Anda lebih disiplin untuk memberikan waktu pada diri sendiri agar memiliki waktu bersantai. Orang yang profesional adalah orang yang tidak membiarkan dirinya tenggelam dalam pekerjaan dan tidak memiliki kehidupan pribadi," kata Deligiannis.