Minggu, 05 Desember 2010

::: Muslim Romantis :::

Apa yang biasanya terlintas di benak kita tatkala mendengar istilah “romantis”? Seperti pada gambar berikut inikah?
Ataukah yang di bawah ini?
Kalau kita sering menyaksikan film komedi romantis, barangkali kita membayangkan seorang pria berlutut di depan seorang wanita. Si pria menyodorkan cincin seraya mengucapkan, “Will you marry me?” Tak ketinggalan, latar belakangnya adalah sunset di tepi pantai, deburan ombak, dan alunan love songs ala Julio Iglesias atau Ari Lasso.
Bila kita kebanyakan nonton sinetron, terbayanglah rayuan klise: “Gunung tinggi kudaki, lautan luas kuseberangi. Semua itu demi dirimu seorang, Sayang.” Lalu disodorkanlah sekotak kado istimewa sebagai kejutan, sekuntum mawar merah, dan serangkaian kata-kata puitis. Tak ketinggalan, diperlihatkanlah pelukan hangat, makan malam berdua di bawah bulan purnama atau dengan diterangi sebatang lilin, lalu sang kekasih ditelpon malam-malam hanya untuk ucapan selamat tidur!
Begitulah gambaran romantis di benak banyak orang. Begitu jugakah gambaran romantis di blog ini?
Tunggu dulu. Memang, pengertian romantis di benak banyak orang itu kami hargai. Karenanya, dinamika percintaan yang kami paparkan di blog ini kami batasi antara pria-wanita saja. Namun, kami memaknai istilah “romantis” secara lebih luas.
Dengan merujuk Teori Enneagram warisan kaum sufi, kami berpandangan bahwa ciri khas sifat romantis:
  1. bermisi mencari cinta sejati.
  2. berpersepsi: “Kebahagiaan sejati terletak di lubuk hati yang paling dalam.”
  3. berpola pikir: “Kita akhirnya akan lepas dari masa-masa sulit.”
  4. bersikap percaya diri; berani dan tabah hadapi rintangan dan penderitaan; rela berkorban untuk kepentingan orang lain; betah “jauh di mata, dekat di hati”; dan lebih menghargai kualitas batiniah daripada penampilan lahiriah.
  5. berekspresi secara kreatif dan unik; variatif; indah; dramatis (penuh imajinasi dan perasaan mendalam); dan simbolis (menggunakan lambang atau ungkapan kiasan, tidak to the point).
Mudah-mudahan Anda sependapat dengan pandangan kami tersebut. Namun, kalau pun berseberangan, tidak mengapa. Kami tidak memaksa Anda untuk menerima pengertian kami. Bagaimanapun, apa pun definisi Anda mengenai istilah “romantis”, pertanyaan kami hanya satu:
Apakah Anda sedang mencari cinta sejati?

::: Pacaran Islami :::

Banyak orang menduga, ‘pacaran islami’ “nggak ada dalam kamus ajaran Islam.” (JNC: 72) Tidak sedikit yang mengira, “pacaran sudah jelas bukan dari Islam, sehingga mustahil ada pacaran Islami.” (PIA: 24) “Jangan sampai kalau yang melakukannya ‘ngerti’ agama, maksudnya mereka yang berkecimpung di pengajian, lalu itu bisa disebut dengan pacaran islami.” (JNC: 75) Ada yang menyatakan, kemustahilan itu lantaran tidak abadinya cinta dan tidak jelasnya definisi dan ikatan pacaran. (Lihat KHP: 6.) “Jadi, dari mana kok bisa bilang ada istilah pacaran islami?” (JNC: 71)
Untuk membungkam dugaan-dugaan yang keliru itu, silakan simak:
  1. “Bacaan Wajib” untuk mendalami persoalan pacaran dalam Islam
  2. Diskusi: Janji Menikah Tapi Belum Khitbah
  3. Pacaran Itu Sunnah yang Direstui Nabi
  4. Nabi Muhammad pun pernah pacaran (tetapi secara islami)
  5. Ternyata Cinta Tidak Mustahil Abadi
  6. Adakah memperkosa secara islami?
  7. Ibnu Qayyim menerima keberadaan pacaran islami

::: Roman Kisah Cinta Di Pesantren :::

Kasih itu sabar, kasih itu murah hati ia tak cemburu, ia tidak menegakkan diri dan tidak sombong, ia tidak melakukan kesalahan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain, ia tidak berduka cita karena ketidakadilan. Tetapi, karena kebenaran, ia tidak menutupi segalanya, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu dan sabar menanggung segala suatu apapun yang terjadi.
Kutipan di atas diambil dari sebuah film yang berjudul A Walk To Remember. Di mana film tersebut menceritakan tentang kisah seseorang dalam mencari cinta. Ngomongin cinta tidak pernah ada batasnya. Sebab cinta ada sejak manusia dilahirkan kedunia oleh Tuhan. Cinta merupakan anugerah Tuhan yang paling mulia dibandingkan yang lain. Tuhan menciptakan makhluknya dengan cinta. Karena cintalah manusia ada.
Kehadiran cinta di mata manusia tidak dapat ditolak lagi. Cinta adalah ruh manusia. Ruh yang menggerkakan manusia untuk berkehendak, berkomunikasi, bertetangga, dan bahkan berhubungan. Maka jika ruh itu hilang, manusia tidak lagi dibimbing oleh kasih sayang. Sehingga manusia tersebut hanya dirasuki oleh hasutan Syetan yakni kebencian, kesombongan, kedurhakaan dan lain-lain.
Sedangkan dengan cinta kita dapat menembus segala ruang, batas, dan kelas. Sebut saja Rabi’ah Al Adawiyah. Sosok perempuan yang tidak jauh beda dengan budak. Namun, karena cinta suci yang dimilkinya terhadap yang Maha Kuasa ia bisa melebihi yang lain.
Berbeda dengan orang-orang yang tidak memiliki rasa kasih sayang. Orang tersebut hanya diselimuti oleh rasa kebencian, kesombongan, dan kerakusan. Maka dari situlah sebenarnya terbentuknya sekat-sekat kelas, borjuis, ploretal, bahkan feodalisme. Kelas borjuis memandang kelas ploretal sebagai orang yang tak pantas untuk dikasihani atau disayangi. Karena anggapan rendah terhadap kelas ploretar tersebut yang mana kaum ploretar tidak memiliki harta yang sepadan dengan kelas borjuis. Akhirnya bukan rasa kemanusian yang tumbuh dalam hati kelompok borjuis tapi rasa kerakusan yang dijunjung tinggi oleh mereka. Sehingga terjadi ketimpangan yang menyebabkan hidup ini tidak harmonis antara orang miskin dan kaya.
Hal serupa juga digambarkan dalam buku Layla Majnun (Buku terbitan Navila). Bagaimana cinta Qais terhadap Layla tidak kesampaian karena perbedaan kelas atau kasta yang ditonjolkan oleh kelompok mereka. Cinta tulus yang datang dari kedua sejoli terhalangi oleh perbedaan kasta mereka. Sehingga keduanya tidak mendapat kebahagian dalam hidup sampai ajal menjemput keduanya. Lagi-lagi karena perbedaan, cinta tersebut tidak dapat bersatu.
Perbedaan sering kali disalahartikan oleh sebagian umat manusia. Perbedaan ternyata bukan diartikan sebagai rahmat bagi umat manusia yang dapat menumbuhkan keharmonisan dalam kehidupannya. Akan tetapi perbedaan malah menjadi malapetaka baginya. Semisal, tindakan anarkisme yang dilakukan oleh salah satu kelompok masyarakat terhadap penyerbuan kelompok Ahmadiyah di Lombok yang baru terjadi kemarin. Atau penghakiman terhadap pengikut ajaran Lia Eden di Jakarta.
Tindakan kekerasan atau terorisme di atas tidak lepas dari kontek perbedaan baik itu perbedaan yang dilatar belakangi oleh ideologi, agama, dan laia-lain. Perbedaan semestinya menjadikan kita bersatu padu membangun negara yang harmonis dan sejahtera bukan malah sebaliknya.
Kebiasaan seperti di atas didobrak oleh Shachree M. Daroini lewat novelnya yang berjudul “Love in Pesantren”. Pesantren sebagai sub kultur budaya Indonesia yang mengajarkan ilmu-ilmu tentang agama yang menjadi ciri khas pesantren. Lembaga yang juga menyimpan tradisi feodalisme yang cukup tingii dan masih kental sampai sekarang.
Lewat novelnya itu Shachree M. Daroini menceritakan sosok santri yang bernama Komarudin dengan berani telah menaruh hati terhadap puteri ustadznya yang bernama Siti. Ketulusan cinta yang datang dari keduanya membuat sistem feodalisme pesantren berdiri kokoh dengan sombong.
Kasih sayang yang datang dari seorang santri terhadap keluarga pesantren merupakan hal yang dilarang oleh hukum keluarga pesantren. Hukum itu diberlakukan demi menjaga nama besar pesantren. Sebab bila salah satu puteri Kyai menjalin hubungan cinta dengan santrinya akan menurunkan kredibilitas keluarga Kyai. Layaknya kasta Sudera berhubungan cinta dengan kasta Brahma.
Kehormatan bukan dicari, sebab kehormatan datang apabila dibarengi dengan kasih sayang kepada semua orang. Dan sebab dengan ketulusan cinta pula wajah bumi akan tersenyum bagai surgawi. Kebaikan selalu ditawarkan oleh jiwa manusia akan mengubah kehidupan jadi sekawanan lebah di penuhi madu yang manis. Jiwa manusia pun akan semakin indah dan damai jika sebuah ungakapan cinta yang indah dan tulus lahir dari lahiriah dan bathiniah untuk mencapai sang Khaliq, sang Pemilik cinta sejati, dialah Allah. Tak ada kuasa lain dari sebuah cinta kecuali milik-Nya, tak ada nafsu lain dari cinta kecuali cinta-Nya (Halm. 271).
Cinta bukanlah nafsu dan cinta bukanlah dosa yang dibebankan oleh Tuhan kepada manusia. Tapi, cinta adalah anugerah yang diberikan kepada setiap insan. Sebab tak ada ajaran mana pun yang melarang umatnya untuk saling mencintai dan menyangi. Karena cintalah umat manusia bisa hidup bersandingan dengan damai. Wallahua’lam

::: Ternyata Napoleon Adalah Seorang Muslim :::

Siapa yang tidak mengenal Napoleon Bonaparte, seorang Jendral dan Kaisar Prancis yang tenar kelahiran Ajaccio, Corsica 1769. Namanya terdapat dalam urutan ke-34 dari Seratus tokoh yang paling berpengaruh dalam sejarah yang ditulis oleh Michael H. Hart.

Karier militer Napoleon menyuguhkan paradoks yang menarik. Kegeniusan gerakan taktiknya amat memukau, dan bila diukur dari segi itu semata, bisa jadi dia bisa dianggap seorang jendral terbesar sepanjang jaman. Sebagai seorang yang berkuasa dan berdaulat penuh terhadap negara Prancis sejak Agustus 1793, seharusnya ia merasa puas dengan segala apa yang telah diperolehnya itu.

Tapi rupanya kemegahan dunia belum bisa memuaskan batinnya, agama yang dianutnya waktu itu ternyata tidak bisa membuat Napoleon Bonaparte merasa tenang dan damai. Akhirnya pada tanggal 02 Juli 1798, 23 tahun sebelum kematiannya ditahun 1821, Napoleon Bonaparte menyatakan ke-Islamannya di hadapan dunia Internasional. Namanya berubah menjadi ‘Aly (Ali) Napoleon Bonaparte’. Apa yang membuat Napoleon ini lebih memilih Islam daripada agama lamanya, Kristen ? Berikut penuturannya sendiri yang pernah dimuat di majalah Genuine Islam, edisi Oktober 1936 terbitan Singapura.

“I read the Bible; Moses was an able man, the Jews are villains, cowardly and cruel. Is there anything more horrible than the story of Lot and his daughters?” “The science which proves to us that the earth is not the centre of the celestial movements has struck a great blow at religion. Joshua stops the sun! One shall see the stars falling into the sea… I say that of all the suns and planets,…”
( “Saya membaca Bible; Musa adalah orang yang cakap, sedang orang Yahudi adalah bangsat, pengecut dan jahat. Adakah sesuatu yang lebih dahsyat daripada kisah Luth beserta kedua puterinya?” (Lihat Kejadian 19:30-38) “Sains telah menunjukkan bukti kepada kita, bahwa bumi bukanlah pusat tata surya, dan ini merupakan pukulan hebat terhadap agama Kristen. Yosua menghentikan matahari (Yosua 10: 12-13). Orang akan melihat bintang-bintang berjatuhan kedalam laut…. saya katakan, semua matahari dan planet-planet ….”)

Selanjutnya Napoleon Bonaparte berkata :
“Religions are always based on miracles, on such things than nobody listens to like Trinity. Yesus called himself the son of God and he was a descendant of David. I prefer the religion of Muhammad. It has less ridiculous things than ours; the turks also call us idolaters.”
(“Agama-agama itu selalu didasarkan pada hal-hal yang ajaib, seperti halnya Trinitas yang sulit dipahami. Yesus memanggil dirinya sebagai anak Tuhan, padahal ia keturunan Daud. Saya lebih meyakini agama yang dibawa oleh Muhammad. Islam terhindar jauh dari kelucuan-kelucuan ritual seperti yang terdapat di dalam agama kita (Kristen); Bangsa Turki juga menyebut kita sebagai orang-orang penyembah berhala dan dewa.” )
Selanjutnya :
“Surely, I have told you on different occations and I have intimated to you by various discourses that I am a Unitarian Musselman and I glorify the prophet Muhammad and that I love the Musselmans.”
(“Dengan penuh kepastian saya telah mengatakan kepada anda semua pada kesempatan yang berbeda, dan saya harus memperjelas lagi kepada anda di setiap ceramah, bahwa saya adalah seorang Muslim, dan saya memuliakan nabi Muhammad serta mencintai orang-orang Islam.”)

Akhirnya ia berkata :
“In the name of God the Merciful, the Compassionate. There is no god but God, He has no son and He reigns without a partner.”
(“Dengan nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Tiada Tuhan selain Allah. Ia tidak beranak dan Ia mengatur segala makhlukNya tanpa pendamping.” )

Napoleon Bonaparte mengagumi Al-Quran setelah membandingkan dengan kitab sucinya terdahulu, Alkitab.
Akhirnya ia menemukan keunggulan-keunggulan Al-Quran, juga semua cerita yang melatar belakanginya.Dalam buku yang berjudul ‘Bonaparte et I’Islarn oleh Cherlifs, Paris, halaman 105’, Napoleon Bonaparte berkata sebagai berikut:

“I hope the time is not far off when I shall be able to unite all the wise and educated men of all the countries and establish a uniform regime based on the prinsiples of the Qur’an wich alone can lead men to happiness.”
( “Saya meramalkan bahwa tidak lama lagi akan dapat dipersatukan semua manusia yang berakal dan berpendidikan tinggi untuk memajukan satu kesatuan kekuasaan yang berdasarkan prinsip–prinsip ajaran Islam, karena hanyalah Qur’an itu satu-satunya kebenaran yang mampu memimpin manusia kepada kebahagiaan.”)

Beberapa sumber lain yang menyatakan ke-Islaman beliau: * Buku ‘Satanic Voices – Ancient and Modern’ dengan penulis David M. Pidcock (1992 ISBN: 1-81012-03-1), pada hal. 61 * Surat kabar Perancis ‘Le Moniteur’, yang menulis bahwa beliau masuk Islam pada tahun 1798.
* Buku ‘Napoleon And Islam’ dengan penulis C. Cherfils (ISBN: 967-61-0898-7).

Islam hadir tidak hanya mayoritas di suatu negara tapi juga sebagai minoritas khususnya di benua Eropa dan Amerika. Napoleon Bonaparte adalah salah satu contoh dari pribadi muslim yang sukses sebagai minoritas di Perancis. Meskipun pada akhirnya Napoleon dimakamkan secara Kristen di Perancis pada tgl 15 Desember 1840 di gereja Paris, namun sepertinya hal tersebut sebagai sesuatu untuk mengaburkan fakta bahwa beliau adalah seorang Muslim.

Sama halnya di Indonesia, Pattimura yang seorang muslim bahkan cicitnya menyatakan mereka adalah muslim, lalu tiba-tiba menjadi Thomas Mattulesi Pattimura. Terlepas dari semua hal tersebut, kiranya kita mesti merenungkan ucapan beliau tidak lama setelah mempelajari isi Al-Quran dan sebelum masuk Islam; yang pertama menguntungkan kaum muslimin dan yang kedua membahayakan mereka. Ucapan yang keluar dari mulut politikus besar ini dan menguntungkan kaum muslimin adalah, “Aku telah belajar dari buku ini, dan aku merasa bahwa apabila kaum muslimin mengamalkan aturan-aturan komprehensif buku ini, maka niscaya mereka tidak akan pernah terhinakan.” Adapun kata-kata yang membahayakan kaum muslimin adalah, “Selama Al-Quran ini berkuasa di tengah-tengah kaum muslimin, dan mereka hidup di bawah naungan ajaran-ajarannya yang sangat istimewa, maka kaum muslimin tidak akan tunduk kepada kita, kecuali bila kita pisahkan antara mereka dengan Al-Quran.” Wallahu a’lam.